oleh: Wahyu Rakhmanto
If A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z = 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 then
ATTITUDE = 1+20+20+9+20+21+4+5 = 100%
Kita semua sepakat bahwa pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan kita. Salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan adalah Metode Belajar Mengajar. Perjalanan pencarian Metode Belajar Mengajar yang efektif barangkali telah selama proses belajar mengajar itu sendiri. Tidak heran jika sampai saat ini telah banyak para ahli yang menawarkan konsep-konsep mereka tentang cara belajar mengajar.
Diskusi dan penelitian serta usaha-usaha lain telah banyak sekali dilakukan untuk merumuskan metode belajar mengajar yang paling efektif. Dengan didasari pada pandangan yang berkembang tentang apa sebenarnya belajar, mengajar, pelajar, dan bidang ajar, usaha-usaha itu terus dilakukan hingga akhirnya saat ini ada satu metode yang sedang popular. Metode tersebut adalah Active Learning.
Konsep Active Learning sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Mungkin kita masih ingat istilah CBSA yang diterapkan dalam kurikulum 84. Atau dengan Quantum Teaching yang menghebohkan dunia pendidikan pada akhir tahuan 90an. Dan banyak lain yang semuanya berorientasi pada siswa (student centered).
Mel Silberman, dalam bukunya yang berjudul Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject, 1996, mengatakan bahwa belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri. Dari pendapat Silberman tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa belajar mensyaratkan keaktifan pelajar. Karenanya tidak ada belajar tanpa keaktifan pelajar. Tidak ada belajar tanpa keaktifan pelajar. Hasil dari proses belajar tentunya berupa perubahan dari kondisi tidak tahu atau tidak bisa menjadi tahu atau bisa.Lebih lanjut Silberman mengatakan bahwa dengan bersifat aktif, para pelajar menggunakan otak mereka, mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Jika kita mengingat teori Bloom tentang ranah belajar yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang kemudian dipercaya sebagai indikator kesuksesan belajar, jelaslah bahwa dengan menjadi aktif para pelajar bisa mencapai ketiga ranah tersebut. Jadi jelaslah bahwa active learning memungkinkan pelajar mencapai kesuksesan belajar.
Para pengusung Active Learning mengklaim bahwa active learning sangat penting bagi pelajar karena ia membantu pelajar dalam mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan, berdiskusi dengan pelajar lain, memecahkan masalah, menemukan contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melakukan tugas-tugas berdasarkan pengetahuan yang telah maupun yang harus dimiliki. Kegiatan-kegiatan tersebut akhirnya menjadi cirri khas yang membedakan active learning dengan metode-metode lain.
Merril Harmin, dalam pengantar bukunya yang berjudul Inspiring Active Learning, menceritakan kesuksesan Active Learning selama pelajaran berlangsung. Ia mengatakan, “I noticed they were much more actively involved in learning than they ever were in my Class. Many more hands waved to answer teacher’s questions. Eyes were brighter with attention. No one was fussing in his or her seat or looking aimlessly out the window. Gamblang sekali gambaran yang disampaikan Harmin tersebut. Siswa-siswa yang lebih aktif terlibat dalam proses belajar. Tangan-tangan yang mengacung untuk menjawab pertanyaan-pertanyan guru. Mata-mata yang berbinar penuh perhatian. Dan tak satupun siswa yang duduk bermalas-malasan atau melamun menatap keluar jendela.
Jika kita bandingkan dengan kondisi kelas kita, kondisi kelas yang digambarkan Harmin sangatlah berbeda. Kelas kita selama ini selalu sepi dari keaktivan siswa. Tak banyak (atau bahkan tidak ada) tangan yang mengacung jika guru memberi pertanyaan. Mata-mata yang sayu karena menahan kantuk. Dan kepala yang diletakkan di meja.
Kelas-kelas seperti kelas Harmin-lah yang telah menghasilkan manusia yang tidak hanya berpengetahuan, tetapi menerapkan pengetahuan mereka untuk mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan. Indonesia boleh bangga dengan banyaknya pelajar-pelajarnya yang menjuarai olimpiade-olimpiade matematika, sains dan lain-lain di kancah internasional. Namun, sayangnya kebanggaan itu sirna dalam sekejap ketika mengingat bahwa mereka tidak lebih hanya sekedar mampu menyelesaikan soal-soal yang diujikan, namun tak mampu berbuat banyak dengan kemampuan tersebut.
Sebagai penutup bagian ini, mari sejenak kita renungkan kondisi dunia pendidikan kita saat ini. Begitu mudah kita mencari berita mengenai kenakalan pelajar kita hari-hari ini. Bukankah kurikulum sudah banyak berubah? Budi pekerti, karakter, akhlak sudah dicantumkan dalam kurikulum kita. Di sisi lain, kita patut berbangga dengan torehan prestasi pelajar kita di tingkat internasional. Namun, mengapa prestasi yang ada seperti tidak bisa menjadi solusi atas berbagai persoalan pendidikan kita? Belum lagi jika dikaitkan dengan kondisi riil bangsa ini, karena sesunggunya hasil akhir pendidikan tercermin dari kondisi bangsa dan negar kita.
Our ATTITUDE toward life and works that makes us 100%!!!
Change our ATTITUDE to change our World!!!