Sejarah MTs. Al Islam Jono

MTs. Al Islam Jono adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang telah berperan sangat besar dalam perkembangan syiar Islam di Purworejo, terutama bagian selatan. Madrasah ini sudah memulai kiprahnya sejak tahun 1935 dan menghasilkan banyak alumni yang aktif dalam dakwah Islam.

Proses berdirinya MTs Al Islam Jono tidak bisa dilepaskan dari peran tiga tokoh penting yaitu: H. Muhsin, H. Sayuti, dan KH. Imam Turmudzi. H. Muhsin adalah seorang saudagar kaya yang kekayaanya diperoleh dari perdagangan kitab dan tembakau. H. Muhsin dengan istrinya, Asyiah dikaruniai 4 orang anak yaitu: Hasyim, Sayuti, Amat Syamsi, dan Siti Maryam. Beliau menghendaki ada salah seorang keturunannya yang berkiprah dalam dakwah Islam. Semua putra H. Muhsin dikirimkan belajar di pondok pesantren. Namun, sepulang dari pondok mereka lebih tertarik pada dunia perdagangan. Oleh karena itu, beliau menikahkan putrinya, Siti Maryam, dengan Imam Turmudzi, seorang santri dari desa Tamansari. Pernikahan itu dilaksanakan pada tahun 1926.

Untuk mewujudkan kenginannya, sekitar tahun 1927, H. Muhsin mengirimkan Imam Turmudzi ke pondok pesantren Mamba’ul Ulum Solo untuk menimba ilmu di sana sampai tamat pada tahun 1934. Setelah tamat dari pondok pesantren Mamba’ul ‘Ulum, Imam Turmudzi melanjutkan belajar ke pesantren Kaliwungu Semarang pada tahun 1934 – 1935 (selesai).

Sepulang dari pondok pesantren Kaliwungu, Kyai Imam Turmudzi diminta oleh H. Muhsin untuk mendirikan sekolah agama/ madrasah. Madrasah tersebut diberi nama “Pasinaon Islam”, yang didirikan pada tahun 1935 dan dipimpin langsung oleh Kyai Imam Turmudzi. Semua kebutuhan madrasah ditanggung oleh H. Muhsin.

Seiring berjalannya waktu, dengan jumlah siswa yang semakin banyak, Pasinaon Islam menerapkan sistem pengajaran klasikal dengan jenjang kelas 0, kelas 1a, kelas 1b, kelas 2, kelas 3, dan kelas 4 (tamat).

Dalam menjankan proses pendidikannya, Kyai Imam Turmudzi dibantu oleh beberapa ustadz yang berpengalaman. Ustadz-ustadz pertama pada tahun 1935 diantaranya adalah:

  1. Dimyati (Dukuhdungus, Grabag, Purworejo)
  2. Dumeri (Secang, Ngombol, Purworejo)
  3. Samroji (Tanjung, Ngombol, Purworejo)
  4. Qomari (Jono, Bayan, Purworejo)
  5. Darmono (Grabag, Grabag, Purworejo)
  6. Dullah (Kiyangkong, Kutoarjo, Purworejo)
  7. Muhtar (Kese, Grabag, Purworejo)
  8. Asmawi (Jono, Bayan, Purworejo)
  9. Suroji (Kedungkamal, Grabag, Purworejo)

Pada perkembangan selanjutnya, pada 3 Maret 1942, Pasinaon Islam dtingkatkan pengelolaannya menyesuaikan perkembangan jaman menjadi sebuah madrasah yang waktu itu lebih dikenal sebagai Sekolah Arab. Proses belajar mengajar di madrasah mengadaptasi kurikulum dari pondok pesantren Mamba’ul ‘Ulum Jamsaren, Solo. Mata Pelajaran yang diajarkan pada waktu itu hanya mata pelajaran agama yang meliputi Tauhid, Fiwih, Al Qur’an/ Tafsir, Tajwid, Nahwu Shorof, Tarikh Islam, dan lain sebagainya.

Mulai tahun 1966, pemerintah lebih memperhatikan keberadaan lembaga pendidikan berbasis agama. Salah satu wujud perhatiannya adalah dengan diberikannya bantuan guru-guru mata pelajaran umum seperti guru mata pelajaran bahasa Indonesia, guru mata pelajaran bahasa Iggris, guru mata pelajaran aljabar dan lain-lain. Tahun 1970, pemerintah menata madrasah dengan mengeluarkan kurikulum standar Madrasah Diniyah, dan Madrasah Tsanawiyah.

Kiprah MTs. Al Islam Jono sebagai sebuah lembaga pendidikan formal, dimulai tahun tahun 1974 dengan dikeluarkannya surat edaran Jakarta tanggal 14 Januari 1974 no. D/111/ED/74. Berdasarkan surat edaran tersebut, Departemen Agama R.I Perwakilan Propinsi Jawa Tengah mengeluarkan surat No K/142/III-a/75 yang secara formal memberikan ijin operasional kepada MTs. Al Islam Jono dan secara syah mengakui keberadaan madrasah dan mencatanya dalam Stambuk Inspeksi Pendidikan Agama Perwakilan Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah sebagai sebuah perguruan Agama Swasta dengan nomor induk 185.

Tahun 1984, H. Muhsin meninggal dunia. Kepengurusan atau tanggungjawab madrasah dilimpahkan kepada putra-putrinya yang disepuhi oleh H. Sayuti. Sepeninggal H. Muhsin, Gedung sekolah beserta semua alat-alat yang ada pada waktu itu diwakafkan kepada madrasah. Tetapi tanahnya masih milik cucu H. Muhsin yang kemudian dibeli oleh nyonya Hj. Adnan, seluas 2165m2, dan diwakafkan ke madrasah melalui KUA Bayan.

Seiring dengan menigkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan MTs. Al-Islam Jono, madrasah selalu berusaha melengkapi fasilitas pembelajaran. Secara fisik, rehab, penataan dan penambahan ruang belajar dan ruang-ruang lain seperti aula, perpustakaan dan laboratorium telah beberapa kali dilakuka.Pengadaa fasilats-fasiltas penunjang lain seperti buku-buku baik cetak maupun elektronink, peralatan laboratorium, komputer desktop maupun laptop, koneksi internet juga masif digalakkan.

Madrasah juga selalu menyesuaikan dengan perkembangan peraturan pemerintah baik kementerian Agama maupun Kementerian Agama serta dinas-dinas terkait. MTs. Al-Islam Jono telah beberapa kali mengikuti akreditasi oleh BAN, melaksanakan ujian berbasis komputer, dan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar secara daring di masa pandemi Coronna.

Semenjak berdirinya Pasinaon Islam, MTs. Al Islam Jono telah mengalami beberapa kali pergantian Kepala Madrasah. Para Kepala Madrasah yang pernah menjabat di madrasah ini dari yang pertama hingga yang sekarang adalah:

  1. K.H. Imam Turmudzi
  2. H. Pujo, B.A.
  3. Yusro Jamil, B.A.
  4. Mashudi Sayuthi
  5. Drs. H. Saifuddin Turmudzi, M.Hum.
  6. Mahsuni Sayuthi, B.A.
  7. Mudjiburahman, S.Pd., M.Pd.I.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *